1. Klitik kau-, proklitik ku-, enklitik
-ku
Penulisan {kau-}, {ku-}, dan {-ku},
bentuk ringkas atau klitik dari kata ganti orang {engkau} dan {aku} dalam
bahasa Indonesia, apakah serangkai atau terpisah dari kata yang mengikuti dan
mendahuluinya. Penulisan yang benar: kautuliskan. Tapi, apakah bisa ditulis
dalam bentuk kaumenuliskan? Klitik {ku-} bersifat sebagai proklitik, namun
klitik {kau-} tidak wajib sebagai proklitik. Penulisan enklitik {-ku} mutlak:
harus serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Berikut adalah contoh penulisan klitik
{ku-} yang salah; bentuk ringkas kata ganti orang {aku}:
– Kau yang ku ingat tiap detiknya
– Waktu kau yang ku bayangkan
– Di siang malamku kau selalu ku rindu
– Kau yang ku ingat tiap detiknya
– Waktu kau yang ku bayangkan
– Di siang malamku kau selalu ku rindu
2. Arti klitik, proklitik, enklitik
Proklitik termasuk klitik. Enklitik juga
bagian dari klitik. Jadi, klitik terdiri dari proklitik dan enklitik. Makna
ketiga jargon gramatikal ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
– klitik: bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, misal bentuk {-nya} dalam bukunya
– proklitik: klitik yang secara fonologis terikat dengan kata yang mengikutinya, misal {ke} dalam ke rumah
– enklitik: unsur tata bahasa yang tidak berdiri sendiri, selalu bergabung dengan kata yang mendahuluinya, seperti {-mu} dan {-nya} dalam bahasa Indonesia
– klitik: bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, misal bentuk {-nya} dalam bukunya
– proklitik: klitik yang secara fonologis terikat dengan kata yang mengikutinya, misal {ke} dalam ke rumah
– enklitik: unsur tata bahasa yang tidak berdiri sendiri, selalu bergabung dengan kata yang mendahuluinya, seperti {-mu} dan {-nya} dalam bahasa Indonesia
Contoh proklitik: non-, anti-, ku-, kau-,
ke, maha-, purna-, nir-. Contoh enklitik: -ku, -isme, -nya, -mu.
3. Penulisan klitik {ku-} dan {kau-} +
kata kerja pasif
Proklitik {ku-} dan {kau-} ditulis
serangkai (digabung) dengan kata yang mengikutinya. Kata setelah kedua klitik
ini berupa kata kerja (verba) pasif.
Contoh:
– kutulis; kutuliskan
– kurasa; kurasakan
– kubaca; kubacakan
– kauambil; kauambilkanlah
– kaupakai; kaupakaikan
– kaulihat; kauperlihatkan
Contoh:
– kutulis; kutuliskan
– kurasa; kurasakan
– kubaca; kubacakan
– kauambil; kauambilkanlah
– kaupakai; kaupakaikan
– kaulihat; kauperlihatkan
Buku itu kubaca kemarin. {kubaca} dalam
kalimat itu adalah bentuk pasif: aku baca (“dibaca oleh aku”). Apakah suratku
sudah kaubaca? {kaubaca} dalam contoh kalimat kedua juga berbentuk pasif:
engkau baca (“dibaca oleh engkau”).
4. Penulisan klitik {kau-} dan {ku-} yang
salah: verba aktif
Sedangkan penulisan klitik {ku-} dan
{kau-} semisal dalam kumembaca, kumenulis, kumengingatkan, kaumembaca,
kaumemedulikan, dan kaumemerkarakan adalah salah. Karena, kata {membaca},
{menulis}, {mengingatkan}, dst. adalah kata kerja aktif, bukan verba pasif.
5. {kau} sebagai klitik dan sinonim dari
pronomina persona {engkau}
Terkadang {kau} ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya dan di waktu lain ditulis serangkai. Pedomannya adalah:
Pronomina persona {kau} sebagai sinonim {engkau} ditulis mandiri sebagai satu
kata. Contoh: Ke mana kau pergi pagi tadi?
{kau} dalam kalimat di atas bukanlah
sebagai klitik, melainkan sinonim dari {engkau}. Sebab itulah ditulis terpisah.
Tetapi, ketika dituliskan serangkai, seperti kaumakan dan kausukai, {kau} di
sana berlaku sebagai klitik, bukan sebagai sinonim dari pronomina {engkau}.
6. Enklitik {-ku} bukan sinonim dari kata
ganti orang {aku}
Pemakaian enkliktik {-ku} serupa dengan
enklitik {-mu} dan {-nya}, yaitu untuk menyatakan kepemilikan dan tujuan, serta
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), {ku} adalah:
bentuk ringkas dari pronomina persona
pertama; bentuk klitik aku sebagai penunjuk pelaku, pemilik, tujuan: kuambil;
rumahku; memukulku.
Dalam KBBI, termasuk buku Tesaurus Bahasa
Indonesia, kata {kau} bersinonim dengan {sampean}, {kamu}, {anda}, {engkau},
dan {saudara}. Tapi, tidak ada kata {ku} sebagai sinonim dari {aku}. Yang
merupakan sinonim: {aku}, {saya}, {hamba}, {awak}, {beta}, {ana}, dan {gue}.
Oleh karena itu, tidak benar menulis
kata-kata seperti ku ingat, ku bayangkan, dan ku rindu. {ku} tidak tercatat
dalam kamus bahasa sebagai sinonim dari {aku}. Seharusnya ditulis: kuingat atau
aku ingat, kubayangkan atau aku bayangkan, dan kurindu atau aku rindu.
7. Mana penulisan yang benar: kauharus,
kau harus
Kata {harus} sebagai adverbia, yang
bermakna mesti, ditulis mandiri sebagai satu kata. Maka, yang benar: kau harus.
Buku KBBI sendiri memuat contoh kalimat pada lema {harus}: kalau dia tidak
datang, kau harus menggantikannya.
Tapi, sebagai kata kerja pasif,
[di]haruskan, ia boleh ditulis serangkai: apakah dia kauharuskan untuk datang
besok? [Bentuk aktif kaumengharuskan tidak tepat].
Dengan demikian, klitik {ku-} bersifat
sebagai proklitik: terikat dengan kata yang mengikutinya. Namun, klitik {kau}
tidak wajib sebagai proklitik, karena kau juga bisa sebagai sinonim dari kamu.
Aku menyimpulkan begitu setelah memperhatikan—bukan memerhatikan—contoh-contoh
kalimat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
8. Mana yang benar: kau simpan,
kausimpan, kau katakan, kaukatakan
Keempat bentuk penulisan di atas
sama-sama benar. Dalam kau simpan dan kau katakan, {kau} adalah sinonim dari
{engkau}. Sedangkan dalam kausimpan dan kaukatakan, {kau} sebagai bentuk
ringkas alias klitik dari {engkau}.
Berarti, {kau} bisa ditulis secara
manasuka—bisa serangkai dengan atau boleh terpisah dari kata yang mengikutinya?
Ya, benar, kautulislah sesuka hatimu, dan
kau akan baik-baik saja, seperti halnya kalimatku ini. Mau kauperlakukan {kau}
sebagai klitik ataukah sebagai sinonim dari {engkau}, terserah kaulah.
Tetapi, jangan pula kau menyurat Ku cinta
kau dengan sangat, karena kalimat itu amatlah pelak. Kecuali namamu adalah Ku!