. Teks laporan hasil observasi
Teks laporan hasil
observasi merupakan satu di antara materi yang ada dalam
pelajaran Bahasa Indonesia. Teks laporan hasil observasi adalah teks
yang memberikan informasi secara umum tentang sesuatu berdasarkan fakta dari
hasil pengamatan secara langsung.
Jadi, pengamatan atau biasa disebut observasi itu
dilakukan oleh si pengamat dengan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui
sebuah informasi yang ada.
Informasi itu bisa meliputi objek
tentang keadaan alam, keadaan lingkungan, hewan, tumbuhan, sosial, sebuah
peristiwa, kesenian dan kebudayaan.
Adapun teks laporan
hasil observasi bersifat informatif, komunikatif, dan
objektif. Hal itu berarti isi teks laporan hasil observasi tersebut
harus memberikan sebuah informasi yang mudah dipahami oleh pembaca.
Setiap informasi yang didapat juga harus
disajikan atau ditulis secara objektif dan
sesuai fakta yang sebenarnya, tidak dibuat-buat atau tidak menurut opini sang
penulis, serta dapat dibuktikan kebenarannya.
Itulah gambaran atau pengertian teks Laporan hasil observasi secara
umum. Adapun untuk detailnya, berikut ini ciri-ciri, tujuan, struktur hingga
contoh teks laporan hasil observasi, seperti
dirangkum dari Buku Siswa Bahasa Indonesia dan Istiqomahalmaky.blogspot,
Senin (26/7/2020).
Ciri – Ciri Teks Laporan Hasil Observasi
1. Ditulis secara lengkap dan sempurna.
2. Bersifat objektif, global, dan universal.
3. Objek yang akan dibicarakan atau dibahas
adalah objek tunggal.
4. Ditulis berdasarkan fakta sesuai
pengamatan yang telah dilakukan.
5. Informasi teks merupakan hasil penelitian
terkini yang sudah terbukti kebenarannya.
6. Tidak mengandung prasangka/dugaan yang
menyimpang atau tidak tepat.
7. Saling berkaitan dengan hubungan
berjenjang antara kelas dan subkelas yang terdapat di dalamnya.
8. Tidak adanya bagian penutup dari penulis.
Penulis hanya melaporkan apa yang dilihat dan diketahuinya berdasarkan hasil
analisis serta observasinya.
9. Menitikberatkan pada pengelompokkan segala
sesuatu ke dalam jenis-jenis dengan ciri atau keadaannya secara umum.
10. Disajikan secara menarik, baik kata,
bahasa, isinya berbobot maupun susunannya logis.
11. Teks laporan hasil observasi
menggambarkan sesuatu secara umum dan sesuai fakta, tanpa
Tujuan,
Fungsi dan Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Tujuan utamanya, yaitu untuk memberikan
informasi secara objektif dan fakta yang ada di lapangan sesuai hasil
pengamatan yang didapatkan.
Tujuan yang lainnya yaitu :
1. Untuk penelitian.
2. Untuk memberikan informasi terbaru.
3. Untuk mengatasi suatu persoalan.
4. Untuk menemukan teknik atau cara terbaru.
5. Untuk mengambil keputusan yang lebih
efektif.
6. Untuk melakukan pengawasan dan/atau
perbaikan.
7. Untuk mengetahui perkembangan suatu
permasalahan.
Fungsi Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan observasi memiliki fungsi atau
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, fungsinya:
1. Sebagai bahan penelitian
2. Sebagai sumber yang dapat dipercaya
3. Sebagai laporan tugas dan kegiatan
pengamatan
4. Sebagai dokumentasi
5. Sebagai ilmu pengetahuan
6. Menjelaskan dasar penyusunan
kebijaksanaan, keputusan dan/atau pemecahan masalah dalam pengamatan.
Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan hasil observasi secara umum
memiliki tiga struktur di antaranya:
1. Pernyataan Umum, yaitu terdapat pembukaan,
berisi pembuka atau informasi secara umum hal yang akan disampaikan. Bagian ini
berisi hal umum tentang objek yang akan dikaji, menjelaskan secara garis besar
tentang objek tersebut.
2. Deskripsi Bagian, yaitu terdapat isi,
rincian, pembahasan, dan penjelasan secara lebih detail.
3. Deskripsi Manfaat, yaitu berisi fungsi
atau manfaat setiap objek yang diamati dalam kehidupan.
Kaidah Kebahasaan Teks Laporan Hasil
Observasi
Teks laporan hasil observasi sangat berkaitan
dengan penelitian dan pengetahuan, maka hal ini termasuk ke dalam jenis teks
formal yang mengharuskan bahasa yang baku atau sesuai kaidah bahasa indonesia
yang baik dan benar, serta mudah dipahami. Kaidah kebahasaan teks laporan hasil
observasi di antaranya:
1. Menggunakan frasa nomina yang diikuti
penjenis dan pendeskripsi.
2. Menggunakan verba relasional, seperti :
ialah, merupakan, adalah, yaitu, digolongkan, termasuk, meliputi, terdiri atas,
disebut, dan lain-lain (digunakan untuk menyatakan definisi pada istilah teknis
atau istilah yang digunakan secara khusus pada bidang tertentu).
3. Menggunakan verba aktif alam, hal ini
untuk menjelaskan perilaku, seperti : bertelur, membuat, hidup, makan, tidur,
dan sebagainya.
4. Menggunakan kata penghubung, untuk
menyatakan :
-Tambahan: dan, serta
-Perbedaan: berbeda dengan
-Persamaan: sebagaimana, seperti halnya,
demikian halnya, hal demikian, sebagai, hal yang sama
-Pertentangan: sedangkan, tetapi, namun,
melainkan, sementara itu, padahal berbanding terbalik
-Pilihan: atau
5. Menggunakan kalimat simpleks dan kompleks.
6. Penggunaan kalimat definisi dan kalimat
deskripsi.
7. Menggunakan kata keilmuan atau teknis,
seperti : herbivora, degeneratif, osteoporosis, mutualisme, parasitisme,
pembuluh vena, leukimia, syndrom, phobia, dan lain-lain.
Langkah-langkah Menyusun Teks Laporan Hasil
Observasi
Untuk menyusun teks laporan hasil observasi
ada langkah-langkahnya, yaitu:
1. Tentukan objek yang akan kamu amati.
2. Susunlah jadwal observasi yang akan kamu
kamu lakukan.
3. Lakukanlah observasi terhadap objek
tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau poin-poin pengamatan terlebih
dahulu.
4. Catatlah hasil observasimu dengan
memerhatikan ketepatan isi, struktur dan kaidah kebahasaannya. Bila
memungkinkan ambil foto dan videokan observasimu.
5. Meneliti kembali hasil penulisan teks,
jika ada kalimat janggal atau salah penulisan, segera perbaiki kembali.
WAYANG
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah
ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. UNESCO, lembaga yang
membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai
pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya
dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa
sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang kulit di timur, wayang wong atau
wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka
di Jawa Barat. Penjenisan tersebut disesuaikan dengan penggunaan bahan wayang.
Wayang kulit dibuat dari kulit hewan ternak, bisa berupa kerbau, sapi, atau
kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh
orang. Wayang golek adalah wayang yang menggunakan boneka
kayu sebagai pemeran tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang
agar tetap dicintai, seniman mengembangkan wayang dengan bahan-bahan lain,
antara lain wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya
pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis. Jenis yang paling
terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua adalah wayang purwa. Purwa berasal
dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang
ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi
tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang
terdiri dari: tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti
'orang') adalah satu di antara pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh
orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar adalah wayang gung, sedangkan
yang dikenal di suku Jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh
orang yang menggunakan topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan
dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat ini beragam, tidak hanya
digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara yang bersifat
menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah
wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal
dari Sunda. Wayang ini disebut juga sebagai wayang thengul. Selain wayang golek
Sunda, wayang yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga
disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang
tersebut pertama kali dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan
dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang klithik berbeda dengan golek. Wayang
tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan tetapi, cerita yang
diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan. Wayang lain yang terbuat dari kayu
adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi, wayang golek
techno, dan wayang ajen.
Perkembangan terbaru dunia pewayangan
menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Disebut wayang suket karena
wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang dibentuk menyerupai wayang
kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang
terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat
sebagai alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di
desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang
motekar atau wayang plastik berwarna. Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan
teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Namun, jika wayang kulit
memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik
terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang
tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem pencahayaan teater modern,
dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud
ekspresi kebudayaan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara
lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang
bermanfaat sebagai media pendidikan karena isinya banyak memberikan
ajran-ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era modern ini, wayang juga banyak
digunakan sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat dari
pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti
keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski
semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan.
Sangat bikin pusing 😑
BalasHapusHooh tenanan
BalasHapus