Kamis, 31 Agustus 2023

Kalimat Majemuk dan contohnya

 

Pengertian dan Contoh Kalimat Majemuk berdasarkan Jenis-Jenisnya

 

Pengertian Kalimat Majemuk

Dalam menyusun sebuah paragraf, kamu bisa mengkombinasikan dua atau lebih kalimat tunggal menjadi satu. Nah, kombinasi kalimat tunggal itu lah yang disebut sebagai kalimat majemuk. Melansir dari berbagai sumber, kalimat majemuk adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua klausa utama atau lebih, dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat yang lepas.

 

Jenis-Jenis dan Contoh Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk dibagi menjadi empat jenis, yaitu kalimat majemuk setara, rapatan, campuran, dan bertingkat. Berikut penjelasan lengkapnya!

 

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara terdiri dari klausa-klausa yang memiliki hubungan setara. Kata penghubung atau konjungsi yang biasanya digunakan pada kalimat majemuk setara adalah konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, sedangkan, lalu, dan kemudian. Berikut adalah jenis-jenis dari kalimat majemuk setara beserta contohnya.

 

a. Kalimat majemuk setara sejalan

Terdiri dari dua klausa atau lebih yang memiliki kedudukan sejalan. Dihubungkan oleh konjungsi, seperti dan, lalu, ketika, sementara. Contohnya:

·         Ani sedang menggambar dan Budi mandi.

·         Feri main di depan rumah, lalu makan masakan ibunya.

·         Kereta bayi itu didorong ayah ketika menemani ibu membeli baju.

b. Kalimat majemuk setara berlawanan

Terdiri dari dua klausa atau lebih yang saling berlawanan. Dihubungkan oleh kata hubung tetapi, melainkan, sedangkan. Contohnya:

·         Meri tidak pernah lupa menabung, sedangkan Feri selalu menghabiskan uangnya.

·         Jono baru saja sampai rumah, tetapi adiknya tidak ada di rumah.

·         Ayah tidak membeli mobil baru, melainkan mobil bekas.

c. Kalimat majemuk setara hubungan sebab-akibat

Terdiri dari dua klausa yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Dihubungkan oleh konjungsi sebab, karena, sehingga, maka. Contohnya:

·         Roni memakan makanan terlalu pedas, sehingga ia jadi diare.

·         Sinta bangun kesiangan, sebab ia tidur terlalu malam kemarin.

·         Nita mampu menjadi juara kelas karena ia selalu belajar dengan tekun.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Kalimat Tunggal berdasarkan Jenisnya, Lengkap!

 

d. Kalimat majemuk setara penguat

Kalimat ini memiliki klausa yang berfungsi sebagai penguat klausa lainnya. Contohnya:

·         Pak Rudi memang terkenal pelit, terlebih pada orang yang tidak ia sukai.

·         Andi sudah sering ditegur, bahkan ia mendapatkan SP dari atasannya.

·         Fuad adalah anak yang sopan, terlebih pada orang tua.

e. Kalimat majemuk setara pemilihan

Kalimat majemuk ini memiliki dua klausa atau lebih yang merupakan pilihan. Contohnya:

·         Anak itu bisa mendapatkan beasiswa berupa uang pesangon atau belanja buku setiap bulan.

·         Saya harus membersihkan rumah terlebih dahulu atau tidak diijinkan untuk menonton konser nanti malam.

·         Ratih menjadi bingung harus pergi bersama Galih atau Sari.

f. Kalimat majemuk setara berurutan

Kalimat majemuk setara berurutan merupakan kalimat majemuk yang memiliki kelompok kata yang saling berurutan. Contohnya:

·         Ali akan belanja sayur dahulu sebelum pulang ke rumah.

·         Sesudah berdagang di pasar kemudian ibu melakukan tugasnya di rumah.

·         Ani akan berkunjung ke rumah pamannya dulu setelah itu ia akan pergi ke rumah temannya.

 

2. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan merupakan kalimat majemuk yang memiliki beberapa kalimat tunggal untuk dijadikan sebagai satu kalimat utuh. Biasanya, kalimat ini akan dipisah atau digabung dengan menggunakan tanda baca koma (,). Konjungsi yang biasa digunakan pada kalimat majemuk rapatan, antara lain dan, juga, serta, dan lain lain. Contohnya:

·         Diah membeli sayur. Diah membeli gula. Diah membeli beras.
Kalimat ini dapat digabung menjadi Diah membeli sayur, gula, dan beras.

·         Ayah memakan sayur bayam. Ayah memakan tempe. Ayah memakan tahu.
Kalimat ini dapat digabung menjadi Ayah memakan sayur bayam, tahu, dan tempe.

·         Ani sedang duduk di teras. Ani sampai melamun.
Kalimat ini dapat digabung menjadi Ani sedang duduk di teras bahkan sampai melamun.

3. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki anak kalimat (kalimat yang bergantung pada kalimat lainnya) dan induk kalimat (kalimat yang tidak bergantung pada

kalimat manapun). Kalimat ini juga kerap disebut sebagai kalimat kompleks. 

Konjungsi yang digunakan pada kalimat majemuk bertingkat adalah konjungsi yang tidak setara, seperti meskipun, walaupun, supaya, agar, karena, sehingga, sebab, maka, ketika, apabila, bahwa, dan sebagainya. Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat majemuk bertingkat.

 

a. Kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu

Antara anak kalimat dan induk kalimat dihubungkan oleh konjungsi yang menandakan waktu, seperti sejak, sebelum, ketika, sesudah, sampai, saat, dan lain-lain. Contohnya:

·         Nisa pergi ke warung, ketika Alya berkunjung kerumahnya.

·         Ani datang ke rumah Alya sampai ibu Alya pulang dari kantor.

·         Saat ibu pulang dari pasar, Feri belum ada di rumah.

b. Kalimat majemuk bertingkat hubungan syarat

Antara anak kalimat dan induk kalimat dihubungkan oleh konjungsi syarat yang menjelaskan suatu kondisi harus dipenuhi oleh kondisi lain. Konjungsi yang dimaksud, antara lain apabila, jika, seandainya, asalkan. Contohnya:

·         Aku pasti juara satu seandainya kemarin aku rajin belajar.

·         Aku pasti bermain ke rumahmu apabila aku punya waktu luang.

·         Apabila ayah membeli makan siang, aku akan mentraktirnya makan malam.

Baca Juga: Apa Sih Bedanya Kalimat Langsung & Tidak Langsung? Berikut Pengertian, Ciri-Ciri, Contohnya

 

c. Kalimat majemuk bertingkat hubungan tujuan

Antara anak kalimat dan induk kalimat dihubungkan menggunakan kata penghubung yang menyatakan tujuan/maksud kedepannya, seperti agar, supaya, biar, dan lain-lain. Contohnya:

·         Doni bekerja dengan keras agar bisa menutupi kebutuhan keluarganya.

·         Fani pergi kesekolah biar mendapat pujian dari bibinya.

·         Supaya menjadi juara 1, Doni selalu belajar dan mengerjakan PR.

d. Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan

Kalimat ini dihubungkan menggunakan konjungsi yang menyatakan perbandingan, seperti ibarat, daripada, bagaikan, seperti, laksana, dan lainnya. Contohnya:

·         Seperti pinang di belah dua, mukanya sangat mirip dengan kakaknya

·         Gani lebih memilih fisika, daripada kimia.

·         Bagaikan langit dan bumi, Risa sangat berbeda dengan kakak pertamanya.

e. Kalimat majemuk bertingkat hubungan perlawanan (konsesif)

Kalimat ini memiliki kata konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan, seperti walaupun, kapanpun, biarpun, dan lain-lain. Contohnya:

·         Meskipun dirinya sekarang menjomblo, dirinya tidak merasa kesepian.

·         Usahanya memang sudah gagal, meskipun ia sudah bekerja sekeras mungkin.

·         Ayah selalu siap kapanpun ibu membutuhkan bantuan.

Baca Juga: Contoh Kalimat Simpleks & Kompleks disertai Pengertian, Ciri-Ciri, Jenisnya

 

f. Kalimat majemuk bertingkat hubungan sangkalan

Kalimat ini memiliki konjungsi yang menyatakan sangkalan, seperti seakan-akan, seolah-olah, dan lain-lain. Contoh:

·         Terkadang orang yang berbicara menyakiti orang lain seolah-olah hanya dirinyalah yang  hidup di muka bumi ini.

·         Fani bertengkar dengan Tias, seakan-akan semua emosinya diluapkan.

·         Joko memakan semua makanan di meja, seakan-akan ia belum makan selama satu tahun.

g. Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebab

Kalimat ini menjelaskan mengenai hubungan sebab dari induk kalimat. Biasanya kalimat ini menggunakan kata penghubung sebab, karena, oleh karena, dan lain-lain. Contohnya:

·         Dia sedang merasa senang karena ibunya yang sudah lama pergi kini sudah pulang dari arab.

·         Rangga menderita penyakit jantung karena dia suka menghisap rokok.

·         Oleh karena terlalu sering berolahraga, kaki ayah jadi kram dan pegal-pegal.

h. Kalimat majemuk bertingkat hubungan akibat

Kalimat ini menggunakan kata konjungsi yang menyatakan akibat, seperti sampai-sampai, maka, sehingga, dan lain-lain. Contohnya:

·         Andi memukul Alya, sehingga ibu Alya marah kepada Andi.

·         Andi memarahi ibunya sampai-sampai Fani menangis tersedu.

·         Karena lapar, maka ular itu memakan ayam.

Baca Juga: Pengertian dan Jenis-Jenis Konjungsi Antarkalimat disertai Contohnya

 

i. Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara

Kalimat ini menjelaskan keterangan cara dari anak kalimat ke induk kalimat. Biasanya kalimat ini menggunakan kata “dengan”. Contohnya:

·         Ani belajar menggunakan laptop dengan dibantu oleh kakaknya.

·         Ina belajar bahasa Inggris dengan menggunakan kamus bahasa.

·         Dengan menggunakan telepon, Rudi menyampaikan rasa rindu pada kekasihnya.

j. Kalimat majemuk bertingkat hubungan alat

Kalimat majemuk jenis ini terdapat penjelasan mengenai cara atau alat yang digunakan dalam kejadian, biasanya ditandai dengan konjungsi, seperti dengan atau tanpa. Contohnya:

·         Menteri Keuangan mengontrol perekonomian dengan menaikkan pajak bagi rakyat.

·         Kompor listrik bisa menghangatkan makanan tanpa menggunakan api.

·         Gisela menjemur pakaian di halaman belakang dengan menggunakan jemuran yang terbuat dari tali.

k. Kalimat majemuk bertingkat hubungan hasil

Kalimat ini memiliki konjungsi yang menunjukkan hasil, berupa kata “makanya”. Contohnya:

·         Fani anak yang nakal makanya ibunya tidak suka memberi saran tegas untuk Fani.

·         Andi anak yang malas makanya guru sering menegur Andi dengan nada tegas.

·         Juju selalu belajar makanya ia jadi juara satu di kelasnya.

l. Kalimat majemuk bertingkat hubungan penjelasan

Kalimat ini menjelaskan makna atau penjelasan yang didapat dari induk kalimat. Biasanya kalimat ini menggunakan kata penghubung “bahwa”. Contohnya:

·         Ani berbicara dengan Ria bahwa seseorang telah menculik adiknya saat pulang sekolah.

·         Ani belajar untuk mandiri setelah mendengar saran dari ayahnya bahwa menjadi orang mandiri akan membawanya lebih sukses.

·         Pembawa acara berita tersebut sangat semangat menjelaskan kronologi kecelakaan bahwa ada mobil menabrak rumah warga di pinggir jalan.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Kalimat Imperatif beserta Pengertian, Ciri-Ciri, dan Jenisnya

 

m. Kalimat majemuk bertingkat hubungan kenyataan

Kalimat ini memiliki kata konjungsi, seperti padahal dan sedangkan. Contohnya:

·         Ani bermain ponsel padahal adiknya menagis-nangis mencarinya.

·         Dian pergi ke Jakarta sedangkan ibunya di kampung sendirian tanpa saudara.

·         Kerajinan tangan ini sangat mudah padahal pembuatannya rumit.

n. Kalimat majemuk bertingkat hubungan atribut

Kalimat ini menggunakan kata penghubung “yang”. Contohnya:

·         Dia yang makan pisang itu adalah adik saya.

·         Ibu yang memakai baju biru itu adalah ibu saya.

·         Masalah yang menimpa Runi sangat pelik.

 

4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Selain itu, kalimat majemuk campuran memiliki ciri, yaitu terdiri dari tiga klausa dalam satu kalimatnya. Contohnya:

·         Keinginan itu selalu tertunda karena Dedi lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di luar negeri, sedangkan orang tuanya memilih pendidikan di dalam negeri.

·         Ketika malam mulai mencekam, kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini, tetapi rasa takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku.

·         Karena tidak pernah menyimak pelajaran di sekolah, Bobi mendapat nilai jelek dan harus tidak naik kelas.

 

Selasa, 08 Agustus 2023

Kalimat Efektif

 

 

v PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.

·         Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

·         Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.

·         Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.


Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

 

 

 

 

v SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

1. KESATUAN GAGASAN

Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan gagasan memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:

Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.

 

 

2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN

Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Maksudnya jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.


Kalimat itu harus diubah menjadi :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

 

 

3. KEHEMATAN

Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, sehingga kata dalam sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:

Ø  Menghilangkan pengulangan subyek.

Contoh : Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.

Mestinya menggilangkan kata ia.

 

Ø  Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

Contoh: Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.

Mestinya menggilangkan kata warna.

 

Ø  Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

Contoh:  Jangan naik ke atas karena licin.

Mestinya menghilangkan kata ke atas.

 

Ø  Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak.

Contoh : Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

 


4. PENEKANAN

Penekanan merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:

Ø  Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

 

Ø  Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?

 

Ø  Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

 

Ø  Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

 

 

5.KEVARIASIAN

Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.

 

a). Cara memulai

Subyek pada awal kalimat.

Dengan adanya subyek pada awal kalimat, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya.

-         Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.

-        Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.

-         Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.

 

b). Panjang-pendek kalimat.

Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.

 

c). Jenis kalimat.

Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.

 

d). Kalimat aktif dan pasif.

Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.

 

e). Kalimat langsung dan tidak langsung.

Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.

 

6.KELOGISAN

Kelogisan maksudnya bahwa suatu kalimat harus mudah dipahami dan penulisannya harus sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. 

Kalimat diatas tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

v PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif. Banyak hal yang menyebabkan kalimat tidak efektif, yaitu makna yang tidak logis, bentuk kata yang tidak sejajar, menggunakan subjek ganda, bentuk jamak yang di ulang, penggunaan kata depan yang tidak perlu, salah nalar, pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing, dan kontaminasi atau keracunan. Berikut ini mari kita bahas satu per satu mengenai penyebab kalimat menjadi tidak efektif :

 

1.     Makna tidak logis
Contoh:
- Saya saling bertatapan (tidak efektif).
- Kami saling bertatapan (efektif).

 

2.    Bentuk kata tidak sejajar
Contoh:
- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus (tidak efektif ).
- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus (efektif ).

 

3.     Menggunakan subjek ganda
 Contoh:
- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).
- Saya sudah membaca novel itu (efektif).

 

4.    Bentuk jamak yang diulang
Contoh:
- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).
- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).

 

5.    Penggunaan kata depan yang tidak perlu
Contoh:
- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).
- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).

 

6.    Salah nalar
Contoh:

- Waktu dan tempat kami persilahkan (tidak efektif).

- Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium (efektif).

- Mobil Pak Ivan mau dijual (tidak efektif).
- Mobil Pak Ivan akan dijual (efektif).

 

7.     Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing
Contoh:
- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).
- Tamu undangan sudah hadir (efektif).

 

8.    Kontaminasi/keracunan
Contoh:
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik sekali (tidak efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi baik sekali (efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik (efektif).

 

 

 

v ALINEA ATAU PARAGRAF

 

1.  PENGERTIAN ALINEA ATAU PARAGRAF

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf atau alinea biasanya dibuat dibaris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karanga

2.  TUJUAN PEMBENTUKAN ALINEA ATAU PARAGRAF

-      Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.

-      Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal

 

3.  UNSUR-UNSUR ALINEA ATAU PARAGRAF

Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

 A.     Ciri kalimat topik :

 1.     Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.

2.    Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.

3.    Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.

4.    Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi

 

 B      Ciri kalimat pendukung :

 1.     Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.

2.    Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.

3.    Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi.

4.    Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik

 

 

 

 

4.  SYARAT-SYARAT ALINEA ATAU PARAGRAF

 1.      Kesatuan

Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

 

2.      Koherensi

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.

 

     3. Pengembangan

Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.

Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda .

Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.

     Setelah mempertimbangkan faKtor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi. Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.

 

1) Metode Definisi

     Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu

 

2) Metode Proses

     Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.

 

3) Metode Contoh

     Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.

 

4) Metode Sebab-Akibat

     Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.

 

5) Metode Umum-Khusus

     Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.

 

6) Metode Klasifikasi

     Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.