Sabtu, 14 Juli 2018

Prinsip-prinsip belajar


PROGRAM DAN CARA BELAJAR SISWA SMK
Belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu pengetahuan.
Belajar dikatakan berhasil jika ada perubahan tingkah laku ke arah perbaikan.
Prinsip-prinsip belajar, antara lain:
1.     Motivasi belajar. Ada 2 yaitu: intern (contohnya cita-cita) dan ekstern (contohnya disuruh orang tua). Misalnya (saya mencontohkan dua siswa yang ngobrol sendiri ketika saya bicara): Imam bercita-cita ingin menjadi mekanik handal, sehingga ia masuk SMK N 1 Kutasari dan memilih kompetensi keahlian TSM (Teknik Sepeda Motor). Ketika ada tugas praktek dari guru, Imam menyelesaikannya dengan penuh semangat agar bisa menjadi mekanik handal yang ia cita-citakan. Mari kita bandingkan dengan Garda yang masuk TSM SMK N 1 Kutasari tanpa cita-cita. Ketika ada tugas praktek, ia malas menyelesaikan karena tidak ada keinginan untuk bisa. Bagaimana jika motivasi Garda berangkat ke sekolah karena takut dimarahi orangtua? Hampir sama dengan siswa yang tidak punya motivasi ya…yang penting mengikuti pelajaran, tidak ada semangat, tidak ada gairah.
2.     Fokus. Hindari hal-hal yang dapat menghambat proses belajar, misalnya patah hati. Yang ini kelewatan, belum saya sampaikan di kelas. Yaah, saya kan bukan malaikat apalagi bidadari. Hanya manusia biasa tempatnya salah dan lupa, right? Tapi akan tetap saya jelaskan di sini. Misalnya, Jeni sedang menyelesaikan latihan soal matematika. Tiba-tiba handphone bersuara karena ada chating dari beberapa temannya. Maka, Jeni pun membalas chat tersebut. Lalu, Jenimelanjutkan latihan soal lagi, chating lagi, demikian seterusnya. Coba bayangkan, kira-kira Jeni bisa menyelesaikan latihan soalnya tidak? Ada beberapa kemungkinan. Mungkin selesai, tapi asal selesai alias belum tentu benar (sekedarnya saja, tidak diresapi).
3.     Memahami dulu, baru menghafal. Kalau sekedar menghafal mungkin hanya butuh waktu sepuluh menit, tapi satu jam kemudian sudah lupa. Sedangkan kalau memahami dulu baru menghafal, mungkin butuh waktu lebih lama (misal 1 jam), tapi kita akan mengingatnya sampai sebulan kemudian, bahkan lebih. Kita juga bisa membuat singkatan unik biar mudah mengingat. Waktu SD, guru saya membuat singkatan MEJIKUHIBINIU dari 7 warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nilai, ungu. Guru Anda juga khan? Hihii. Dan saya masih hafal sampai sekarang.
4.     Yakin. Percaya bahwa apa yang kita pelajari berguna untuk kehidupan. Jika saat ini masih ada beberapa pelajaran yang menurut kita tidak penting, maka ubahlah pemikiran ini. Yakinkan bahwa semua mata pelajaran pasti bermanfaat untuk kehidupan, entah itu sekarang atau yang akan datang. Sejurus kemudian, saya pun bercerita pengalaman dipanggil ke ruang BK karena mendapat nilai 4 untuk mapel tata boga. Saya dipanggil karena biasanya selalu dapat 100 atau 9 atau paling rendah 8. Belum pernah saya mendapat nilai di bawah 7. Sekilas info, waktu itu saya kelas 2 SMP dan mendapat rangking 1. BK mengira saya sedang ada masalah, entah itu masalah pribadi, keluarga, atau lainnya. Saya pun mengaku bahwa saya merasa mapel tata boga itu tidak penting! (Ya…maafkan aku yang dulu, masih sombong dan arogan. Yang penting sekarang sudah tidak begitu ya kan?!). Dan ternyata…justru apa yang diajarkan oleh guru tata boga waktu itu, masih saya gunakan sampai sekarang. Yaitu membedakan telur mateng dan telur mentah (nggak mungkin kan kita pecah telurnya hanya untuk mengetahui mateng/mentah?). Caranya adalah dengan memutar telur tersebut. Kalo bisa muter berarti mateng, kalo nggak bisa berarti mentah. Itu hanya salah satu. Masih banyak ilmu boga lainnya yang saya terapkan sampe sekarang. Yang jelas, sekarang saya menyesal karena sebagai istri dan ibu rumah tangga, ternyata saya sangat membutuhkan ilmu boga. Jadi ya, jangan heran sampe sekarang saya belum juga pinter masak (nyesek).
Cara belajar di sekolah:
1.     Terbuka, menerima guru apa adanya. Jangan terlalu banyak menuntut. Seperti saya waktu SMA. Saya pergi ke ruang BK dan meminta agar guru bahasa inggris yang mengajar di kelas saya diganti dengan guru lain. Dengan alasan, volume suara guru tersebut sangar lirih ketika mengajar. Sehingga, hanya siswa yang duduk paling depan saja yang bisa mendengar. Memang usianya sudah sangat sepuh dan hampir pensiun. Tapi, waktu itu saya tidak mau tahu. Guru BK pun menyarankan agar saya mencari cara agar tetap mengikuti pelajaran dengan baik. Misalnya, dengan selangkah lebih maju. Mempelajari materi yang akan dipelajari esok hari dan menanyakan kepada guru tersebut jika ada yang belum paham, kalo cuma berdua (tidak di kelas) pasti bisa dengar suaranya kan?). Nah, di kelas tinggal mengulang saja.
2.     Mempelajari dan menyiapkan pelajaran untuk esok hari. Dengan kata lain, di kelas hanya untuk mengulang atau menanyakan bagian-bagian yang belum paham. Jangan datang ke sekolah dengan pikiran kosong melompong okeey? Hihiiii.
3.     Kritis. Kritis dalam kebaikan yaa….
4.     Jangan malu bertanya jika belum paham. Kalian akan mendapat poin plus dar guru  jika berani bertanya. Tapi ingat, pertanyaannya yang logis yaa…jangan bertanya dengan niat menjatuhkan,
5.     Mengulang kembali pelajaran di sekolah ketika sudah di rumah. Ini agar ilmu-ilmu yang ada di otak kita tidak mengendap begitu saja. Dan ketika saatnya ulangan, kita tidak harus belajar semalam suntuk (SKS), tapi hanya tinggal membaca atau mengingat kembali, simple dan ringan kan?
Cara belajar di rumah:
1.     Rutin. Lebih baik sedikit asal berkesinambungan karena lebih membekas di otak. Daripada banyak tapi semalaman suntuk, karena sifatnya hanya sementara.
2.     Tetapkan waktu. Misalnya, setelah shalat tahajjud. Awalnya butuh sedikit pemaksaan, tapi lama-lama akan menjadi kebiasaan. Tanpa menyetel alarm, otomatis kalian terbangun di jam yang sama. Mau? Buruan dicoba dari sekarang!
3.     Pilih tempat yang nyaman. Kalo memang sudah punya meja belajar sendiri, ya tata serapi dan se-nyaman mungkin sesuai selera kamu ya.

Cara belajar kelompok:
Siswa yang belum paham bisa meminta penjelasan kepada teman yang sudah paham (lebih nyaman dibanding dengan guru). Sedangkan siswa yang sudah paham jadi semakin paham. Jangan lupa tetapkan ketua, serta pertimbangkan jarak rumah dan jumlah anggota-nya ya.
Yang terakhir, yaitu mengenai waktu. Waktu sangatlah penting. “Time is time”, “Waktu adalah waktu”. Waktunya makan ya makan, waktunya belajar ya belajar, waktunya istirahat ya istirahat. Gunakan waktu luang dengan baik. Demi masa, jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita tergolong manusia yang rugi. Jika hari ini lebih buruk dari kemarin, maka kita tergolong manusia celaka. Dan jika hari ini lebih baik dari kemarin, maka kita termasuk orang yang beruntung. Wallahu a’lam bishawab.

Ke IPM an


Materi Ke-IPM-an
A. Tentang Sejarah
Berdiri dengan nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada 18 Juli 1961 M bertepatan dengan 5 Shafar 1381 H karena 1) kesadaran kolektif di internal Muhammadiyah, bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah yang pada saat itu sudah berkembang perlu dibentengi ideologi Islam agar akidah mereka kuat atas berkembangnya ideologi komunis pada saat itu ; 2) sebuah keharusan bagi Muhammadiyah untuk menanamkan nilai-nilai ideologi perjuangan Muhammadiyah kepada kader-kader yang kebetulan saat itu Muhammadiyah telah memiliki lembaga-lembaga pendidikan (sekolah). Karena itu perlu organisasi Muhammadiyah sayap pelajar yang nantinya konsen pada persoalan-persoalan pelajar dan dunianya .
Seiring berjalannya waktu, pada masa kepemimpinan M. Jamaluddin Ahmad, tepatnya pada tanggal 18 November 1992 M / 22 Jummadil Awwal 1413 H Ikatan Pelajar Muhammadiyah berubah nama menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Perubahan ini dikarenakan 1) keberadaan remaja sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa selama ini belum mendapat perhatian sepenuhnya dari persyarikatan Muhammadiyah; 2) perlunya pengembangan jangkauan IPM; 3) adanya kebijakan pemerintah RI tentang tidak diperbolehkannya penggunaan kata “Pelajar” untuk organisasi berskala nasional.
Namun, begitu indahnya perubahan itu hingga akhirnya Ikatan Remaja Muhammadiyah berubah nama lagi menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah, yang mana sesuai dengan SK Nomenklatur Tahun 2007 dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang pergantian nama tersebut. Maka pada Muktamar ke XVI di Solo tepatnya tanggal 28 Oktober 2008 disahkanlah secara nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Pada periode ini IPM dipimpin oleh Deni Wahyudi Kurniawan.
B. Tujuan IPM
“Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Itulah maksud dan tujuan IPM. Oleh karena itu, IPM harus benar-benar menyentuh kondisi riil basis masanya yaitu pelajar. Demi tercapainya tujuan mulia di atas dan terciptanya Generasi Pelajar Damai.
C. Struktur Organisasi IPM
Struktur Pimpinan IPM adalah sebagai berikut:
• Pimpinan Pusat
• Pimpinan Wilayah
• Pimpinan Daerah
• Pimpinan Cabang
• Pimpinan Ranting
Sedangkan struktur kepengurusan Ikatan Pelajar Muhammadiyah bersifat desentralisasi dan kolektif-koligeal. Artinya, bahwa posisi ketua dan sekretaris tidak hanya dimiliki oleh satu orang, tetapi masing-masing bidang juga berhak memiliki posisi tersebut. Berikut ini adalah strukturnya.(contoh adalah Pimpinan Pusat IPM) :
KETUA Umum
KETUA (Organisasi)
KETUA (Perkaderan)
KETUA (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA (Advokasi)
KETUA (Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga)
KETUA (Ipmawati)
SEKRETARIS Jenderal
SEKRETARIS (Organisasi)
SEKRETARIS (Perkaderan)
SEKRETARIS (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS (Advokasi)
SEKRETARIS (Hubungan Antar Lembaga)
SEKRETARIS (Ipmawati)
BENDAHARA Umum
Bendahara
Bendahara
ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang Organisasi
Anggota Bidang Perkaderan
Anggota Bidang Kajian dan Dakwah Islam
Anggota Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan
Anggota Bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga
Anggota Bidang Advokasi
Anggota Bidang Hubungan Antar Lembaga
Anggota Bidang Ipmawati
KETERANGAN:
1. Struktur IPM bersifat desentralisasi. Artinya, setelah posisi Ketua Umum dan Sekretaris Umum tidak ada Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris, tetapi langsung Ketua dan sekretaris bidang yang bekerja sesuai dengan job bidangnya masing-masing.
2. Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) khusus untuk Pimpinan Pusat IPM.
3. Untuk Bidang Organisasi hanya ada pada struktur PP, PW, dan PD IPM. Sedangkan di tingkat PR dan PC IPM tidak ada.
4. Bidang Kewirausahaan hanya ada di struktur Ranting (PR IPM). Sedangkan untuk struktur di atasnya bisa dilakukan atas koordinasi tim bendahara dengan cara membentuk Lembaga Kewirausahaan/ekonomi yang langsung di bawah koordinasi tim bendahara. Untuk koordinasi Bidang Kewirausahaan Ranting dengan struktur atas, langsung ke bidang keuangan (tim bendahara).
5. Sesuai dengan ART IPM, bidang wajib yang ada di struktur Ranting adalah Bidang Perkaderan, SDI, dan PIP.
D. Agenda Aksi
Ikatan Pelajar Muhammadiyah mempunyai beberapa agenda aksi yang nantinya bisa membuat IPM benar-benar bergerak pada kondisi riil basis masanya. Berikut adalah daftar agenda aksi IPM:
1. Pengajian Islam Rutin (PIR)
Pengajian Islam Rutin atau disingkat PIR merupakan kegiatan rutin tentang dunia Islam dan yang terkait dengannya yang diadakan oleh pengurus IPM Ranting. Kegiatan ini diadakan sebagai penguatan nilai-nilai keislaman yang berwawasan rahmatan lil alamin di kalangan pelajar.
Waktu kegiatan bisa diadakan setiap seminggu atau dua minggu sekali. Semua tergantung kesepakatan dan dimusyawarahkan terlebih dahulu oleh PR IPM setempat. Untuk tempat bisa diadakan di sekolah, di rumah salah satu guru (secara bergiliran), atau di rumah salah satu siswa dengan jadwal yang sudah fiks.
2. Sekolah Kader
Sekolah Kader merupakan suatu proses pendidikan yang disusun secara terpadu meliputi penyadaran, pemberdayaan, dan pembelaan terhadap kader IPM. Kegiatan ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu setelah perkaderan formal tingkat muda (TM II). Untuk alumni TM III dan TM Utama tidak ada karena, diharapkan langsung mampu berkiprah dalam kancah yang lebih luas. Alasan lain adalah, karena letak geografis yang cukup luas sehingga bisa mengakibatkan ketidakefektifan kegiatan. Selain itu, jika alumni TM I dan TM II masih “dipikirkan”, maka alumni TM III dan TM Utama harus sudah “memikirkan”. Karena itulah, alumni TM III dan TM Utama tidak ada sekolah kader.
3. Gerakan Iqra
Berikut adalah bentuk aksi dari “Gerakan Iqra”:
a. Pembiasaan membaca sebagai aktivitas wajib bagi setiap kader.
b. Kajian regular sebagai ruang tukar-menukar pengetahuan dari buku yang telah dibaca, yang dituangkan dalam tulisan.
c. Melakukan arisan tulisan terhadap tema-tema yang telah ditetapkan.
d. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk merangsang motivasi kader dalam hal tulis-baca seperti, pelatihan jurnalistik, pelatihan menulis cerpen/novel, kursus bahasa asing, pelatihan debat, pelatihan metode penelitian dan lain sebagainya.
e. Menciptakan aktifitas aplikatif untuk menyalurkan kemampuan dan ketrampilan dari hasil pelatihan atau baca-tulis kader, dengan mengikutserta-kan kader dalam setiap lomba penulisan karya tulis ilmiah, popular, lomba cerpen atau dalam agenda lomba debat konstruktif antar pelajar.
f. Menciptakan komunitas kreatif untuk mengaktualisasikan potensi kader seperti kelompok-kelompok ilmiah pelajar (KIP), Kelompok pecinta Cerpen (KPC), Kelompok pecinta puisi/sastra dan sebagainya.
g. Mengadakan forum dialog publik untuk merangsang pengetahuan kader dan sebagai upaya melakukan tranformasi pengetahuan terhadap publik.
h. Melakukan aktifitas rekreatif dengan mengajak kader ke tempat-tempat yang benuansa imajinatif, terkesan santai tapi serius, seperti berkunjung ke pusat-pusat perbukuan, silaturahmi tokoh, silaturahmi dengan pusat studi tertentu, membangun komunikasi aktif dengan gerakan pelajar lainnya, dan berkunjung ke masyarakat miskin kota, serta tadabur alam sebagai wahana membaca ayat ayat kauniyah.
i. Mengadakan English Training Center (ETC)
4. Gerakan Budaya Tanding
Berikut adalah bentuk aksi dari “Gerakan Budaya Tanding”
a. Kajian reguler sebagai ruang tukar-menukar pengetahuan tentang budaya pop yang menjadi trend setter pelajar.
b. Buy Nothing Day adalah hari dimana kita (anak IPM) dituntut untuk tidak mengkonsumsi/membelanjakan uang untuk komoditas-komoditas yang tidak menentukan hajat hidup kita. Kampanye ini digagas di Kanada dan secara luas telah dilaksanakan di berbagai negara dengan waktu pelaksanaan yang berbeda.
c. A Week Without TV. Tidak ada yang meragukan bahwa media televisi (TV) telah mengantarkan nilai-nilai kekerasan, pornografi, konsumerisme dsb, kedalam ruang-ruang privat kita. Kampanye ini dilaksanakan untuk melawan berbagai bentuk kejahatan media. Secara sadar kita memutuskan tidak menonton TV dalam seminggu agar ada interval untuk membersihkan isi kepala kita dari nilai-nilai negatif yang disebarluaskan TV.
1) Menggagas dan memassifkan gerakan-gerakan anti budaya pop dan Kapitalisme Global ala IPM. Misal Kampanye Anti Nonton Sinetron, Kampanye Limitasi Konsumsi Pulsa HP, Kampanye Anti Restoran Fastfood (McD, KFC), Kampanye Anti Coca Cola, Pepsi, Fanta, dll, Sehari Tanpa Rokok.
2) Menciptakan berbagai artefak-artefak yang menyampaikan pesan-pesan perlawanan (baju kaos, sticker, poster, topi, banner, pembatas buku, dsb).
3) Memunculkan penulis-penulis komik Islami sebagai counter atas penulis-penulis komik porno.
4) Stop belanja di Mall!
5) Menempatkan kader-kader IPM pada ruang-ruang budaya yang ada.
5. Gerakan Kewirausahaan
Berikut adalah bentuk aksi dari “Gerakan Kewirausahaan”:
a. Terbentuknya unit-unit usaha mandiri yang bisa membantu keuangan pimpinan pada setiap levelnya, seperti: koperasi pelajar, bimbel (bimbingan belajar)
b. Terciptanya kelompok-kelompok usaha perorangan yang dikelola secara mandiri dan dimonitoring oleh lembaga usaha pelajar
c. Membangun jejaring IPM dengan lembaga-lembaga lain yang tidak mengikat
d. Mengadakan pelatihan-pelatihan enterprenership
6. Gerakan Advokasi Pelajar (GAP)
Berikut adalah bentuk aksi dari “Gerakan Advokasi Pelajar”:
a. Pembentukan kelompok diskusi yang bertemakan hak-hak pelajar
b. Pembentukan komunitas pelajar di Ranting yang fokus pada advokasi pelajar.
c. Sekolah Advokasi
d. Merespon persoalan-persoalan pelajar baik di media maupun di internal IPM sendiri, seperti persoalan IPM dengan pihak sekolah
E. What should IPM do?
1. Pembelaan terhadap pelajar.
2. Mengadakan kegiatan yang bermanfaat untuk pelajar.
3. Mengembangkan potensi pelajar.
4. Melakukan pendampingan pelajar.
5. Berusaha menjadi problem solver permasalahan pelajar.
F. What benefit for us? If sit in organization board?
1. Pengalaman berorganisasi.
2. Memiliki jaringan atau teman yang bertaraf nasional.
3. Melatih kepemimpinan dan manajeme